Jelaskan Hubungan Antara Infaq Dan Akhirat. Ayat ini dalam Tafsir Kementerian Agama dijelaskan bahwa ada hubungan erat antara infak dan akhirat. Seseorang tidak akan mendapat pertolongan apapun dan dari siapapun pada hari akhirat, kecuali hasil amalnya sendiri selama hidup di dunia, antara lain amal berupa infak di jalan Allah.
Bayangkan, betapa banyak hasilnya apabila benih yang ditanamnya itu lebih dari sebutir. Lalu orang tersebut berkata, "Unta ini saya nafkahkan di jalan Allah.". Apabila nafkah-nafkah semacam itu telah menampakkan hasilnya untuk kekuatan agama dan kebahagiaan bangsa, maka orang yang memberi nafkah itupun akan dapat pula menikmatinya baik di dunia atau di akhirat nanti.
Selain mengikis sifat-sifat yang tidak baik seperti kikir dan mementingkan diri sendiri, infak juga menimbulkan kesadaran sosial yang mendalam, bahwa manusia senantiasa saling membutuhkan, dan seseorang tidak akan dapat hidup seorang diri.
Selain itu, setan selalu menggoda orang yang akan berinfak agar takut kepada kefakiran. Setan ingin agar manusia tidak mendapat pahala dan kebaikan yang menjadi sarana masuk surga. Sedangkan ayat "Dan menyuruh kamu berbuat buruk", maksudnya: bersama larangannya kepada kalian dari berinfak karena takut miskin, setan menyuruh kalian dengan kemaksiatan, perbuatan dosa, keharaman, dan menyalahi perintah yakni Allah Ta'ala. Karenanya Allah Ta'ala memperingatkan para hamba-Nya dari setan dan godaannya, lalu mengabarkan bahwa setan menjanjikan dengan kefakiran, artinya: menakut-nakuti mereka dengan kemiskinan sehingga mereka tidak mengeluarkan zakat dan shadaqah. Yakni menambah kebaikan dari harta itu dan berkembang menjadi banyak seperti dalam firman Allah Ta'ala:. Artinya pahala besar akan ia peroleh walaupun melalui infak yang sedikit.
Sedekah, selain bisa dalam bentuk harta, dapat juga berupa sumbangan tenaga atau pemikiran, dan bahkan sekedar senyuman. Oleh sebab itu, hukum menunaikan zakat adalah wajib bagi setiap muslim dam muslimah yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Hadits Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tak mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah sedekah. Imam Bazzar danBaihaqi) Jika keengganan itu telah memasal, maka Allah SWT akan menurunkan azab-Nya dalam bentuk kemarau panjang (HR.
Menolong, membantu dan membina kaum dhuafa maupun mustahik ke arah kehidupan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, terhindar dari kekufuran, memberantas sifat iri, dengki dan terjaga dari martabatnya ketika melihat orang kaya yang berkecukupan tidak Perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat, menumbuhkan akhlak mulia, ketenangan hidup sekaligus mengembangkan harta yang dimilikinya. Jika dihubungkan dengan harta seperti tanah, binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk kegunaan tertentu (Ibnu Manzhur:9/359). Justru sebaliknya, uang tersebut akan berkembang melalui investasi yang dijamin aman, dengan pengelolaan secara amanah, yakni bertanggungjawab, professional dan transparan.
Misi utamanya adalah menyelenggarakan program pemberdayaan masyarakat yang berbasis kewirausahaan social secara terintegrasi dan berkelanjutan hingga menjadi pengusaha mandiri.
Amal jariyah menjadi amalan seseorang yang tidak akan terputus pahalanya meski ia telah meninggal. Dalam hadist Abu Hurairah diriwayatkan Rasulullah Saw terdapat tiga amalan jariyah, yakni sedekah jariah, ilmu bermanfaat, dan doa anak sholeh. Cukuplah kematian sebagai penggetar hati, penetes air mata, penghancur kelezatan, serta memutus pertemuan,” ujarnya.
Kajian Takmir Masjid Ulil Albab yang diikuti puluhan peserta ini mengingatkan kepada jamaah untuk selalu merenungkan kematian. Ustadz Amir menyatakan agar segala urusan dunia tidak membuat seseorang lalai akan akhirat. Amalan tersebut akan memberikan pahala baginya selama amalnya masih dimanfaatkan oleh orang lain.
“Ketika Orang meninggal maka akan terputus amalan untuknya, kecuali amal jariyah yang saya sebutkan tadi,” ujarnya. Oleh karena itu, kata Ustadz Amir alangkah baiknya orangtua mendidik anak-anaknya di jalan yang benar dan mengajarkannya tentang hukum-hukum Allah.
Ayat tersebut adalah ayat ke 77 dari surat Al Qashash yang merupakan surat ke 28 dalam Al Quran, yang terjemahannya adalah sebagai berikut:. Bila kita kaji lebih dalam ayat ini, maka akan kita temukan mutiara nasihat yang sangat berharga dalam ayat ini. Setidaknya ada 4 nasihat yang sangat berguna di dalamnya, yakni hendaknya kita dapat hidup secara seimbang, dengan mengutamakan kebahagiaan akhirat sebagai visi kita, dan juga merengkuh kehidupan dunia serta kenikmatannya sesuai dengan ridha Allah, sebagai bekal kita untuk kehidupan akhirat kelak. Mari manfaatkan waktu kita sebaik-baiknya dengan kesadaran penuh bahwa usia dan kehidupan kita itu ada akhirnya, dan mencari akhir yang baik (khusnul khotimah) adalah kuncinya. Subhanallah…betapa kita seharusnya dapat menjadi rahmatan lil alamiin, dan menjauhkan diri dari perbuatan yang merugikan orang lain. Pada akhir ayat, Allah menutup ayat ini dengan larangan bagi setiap manusia agar mereka tidak membuat kerusakan, tidak semena-mena memperlakukan manusia lain, mahluk lain, dan juga lingkungan sehingga semua menjadi rusak dan meninggalkan warisan yang sia-sia bagi penerus kita.
Sungguh sangat indah dan bermakna nasihat yang ada dalam ayat ini. (Ahmad Gimmy Prathama S., Wakil Dekan 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran). Sumber: ‘Pendidikan Akhlak/Moral dalam Perspektif QS Al-Qashash : 77’ (H. Asnin Syafi’uddin, LC, MA., 28 Mei 2012).