Apakah Orang Aqiqah Boleh Memakan Dagingnya. Aqiqah merupakan Ibadah sunnah yang dicontohkan oleh Nabi, biasanya aqiqah dilakukan dan disunnahkan ketika hari ketujuh kelahiran sang anak dan bertepatan dengan pencukuran rambut serta pemberian nama bayi.
Harapannya agar masalah ini menjadi jelas dan tidak membingungkan banyak orang. Sehingga sudah selayaknya sebagai umatnya kita mengikuti seruannya dan melaksanakan perintahnya.
Oleh karena itu melakukan aqiqah merupakan sesuatu hal yang semestinya berusaha untuk kita lakukan. Dan hampir mayoritas masyarakat muslim telah mengetahuinya melalui ceramah atau kajian-kajian para ustadz.
Waktu pelaksanaan aqiqah sendiri disunnahkan pada hari ke tujuh kelahiran si bayi. pertanyaan-pertanyaan semacam ini terus menjadi polemik dan menimbulkan kebingungan serta keragu-raguan di masyarakat ketika melakukan aqiqah.
Terlebih lagi terkadang jawaban antara ustadz yang satu dan lain berbeda mengenai hukum makan daging aqiqah kita sendiri. Akan tetapi, mestinya ada jatuh untuk orang miskin dari daging aqiqah tersebut.
Pertama, apabila kategori aqiqah sunah seperti mengaqiqahi anak, maka siapapun boleh memakan daging binatang yang dibuat untuk aqiqah, termasuk ayah dan ibu dari anak tersebut. ومن ثم صرحوا بأنه يجوز له الأكل من العقيقة كما له الأكل من أضحية نفسه. “Dari ketentuan ini (mengaqiqahi anak seperti berqurban untuk dirinya sendiri), maka diperbolehkan baginya (ayah) memakan daging aqikah tersebut seperti halnya diperbolehkan memakan daging qurban dari dirinya sendiri.”. Kedua, apabila aqiqah tersebut adalah kewajiban berdasarkan nadzar atau kesanggupanya menentukan bahwa binatang tersebut akan digunakan untuk mengaqiqahi anaknya, maka dia dan orang yang wajib dinafkahinya (termasuk ibu dari anak yang diaqikahi) dilarang memakan daging tersebut, seperti halnya dalam permasalahan qurban. “Dan orang yang berqurban serta orang yang wajib dinafkahi olehnya tidak boleh memakan sedikitpun dari qurban wajib sebab nadzar tersebut”. Ketiga, apabila aqiqah dari seorang yang meninggal dunia berdasarkan wasiyat kepadanya, maka dia (orang yang diwasiati) dan orang-orang kaya dilarang memakan daging aqiqah tersebut, sebagaimana hukum dalam qurban.
Ibnu Hajar al-Haitami dalam karyanya Tuhfah al-Muhtaj ( juz.9, vol.369 ) menjelaskan:. فلو ضحى عن غيره بإذنه كميت أوصى بذلك فليس له ولا لغيره من الأغنياء الأكل منها وبه صرح القفال في الميتة وعلله بأن الأضحية وقعت عنه فلا يحل الأكل منها إلا بإذنه فقد تعذر.
Orang yang berkurban nazar tidak boleh mengambil sedikit pun daging kurbannya. Sedangkan orang yang berkurban sunnah justru dianjurkan memakan sebagian dari daging kurbannya.